Perasaan bercampur aduk ketika ditunjuk oleh United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia mewakili pemuda Indonesia di forum Maret 2012. Gembira, karena ini sebuah kesempatan langka hadir di forum resmi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Cemas, karena untuk pertama kalinya diundang menjadi pembicara di forum PBB.
Forum Youth 21 dilaksanakan oleh UNHABITAT dan UNDP, dua organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang ditugaskan dari markas besar PBB di New York. Sehingga, setiap delegasi pemuda mewakili salah satu badan PBB tersebut. Termasuk saya sebagai satu-satunya delegasi pemuda dalam forum itu, mewakili delegasi pemuda Indonesia yang difasilitasi oleh UNDP Indonesia.
Pertemuan pemuda internasional untuk tahun ini disebut “Youth 21 Forum”. Tepat ketika dunia sudah memasuki abad ke 21. Lebih tepat lagi, saat ini adalah 21 tahun perjalanan forum resmi pemuda internasional di kancah PBB. Tahun ini juga menjadi istimewa, karena Sekjen PBB Mr.Ban Ki Moon menyatakan pentingnya ada seorang penasehat khusus Sekjen PBB urusan kepemudaan.
Oleh sebab itu, salah satu topik pembahasan selama forum Youth 21 ialah tentang keberadaan penasehat khusus urusan kepemudaan untuk Sekjen PBB. Yang akhirnya disetujui adalah yang berusia antara 25 hingga 35 tahun. Selain itu, dibutuhkan orang yang memahami sistem dan mekanisme kerja Perserikatan Bangsa-Bangsa. Serta fasih berkomunukasi dengan salah satu bahasa resmi yang dipergunakan di lingkungan PBB. Misalnya bahasa Inggris, Arab, Spanyol, Prancis, Rusia dan China.
Untuk sesi hari pertama dan kedua, pokok pembahasan mencakup isu sosial budaya. Di mana UNHABITAT bertindak sebagai fasilitator proses dialog. Isu yang dibahas meliputi isu pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, perang, perdagangan manusia dan hunian penduduk. Delegasi pemuda dari seluruh dunia diharapkan memainkan peran masing-masing di negaranya, untuk mendorong perubahan di berbagai sektor tersebtu. Sebab, pemuda adalah pioneer sekaligus pelaku perubahan.
Sedangkan pada hari ketiga dan keempat, lebih fokus membicarakan isu ekonomi dan lingkungan hidup. Isu-isu sektor ini mencakup problem kemiskinan, kesenjangan negara industri dan negara berkembang, pembangunan berkelanjutan, serta perubahan iklim. Saya menjadi salah satu pembicara pada hari ketiga, mewakili delegasi pemuda Indonesia. Topik yang saya kemukakan dalam forum pertemuan itu ialah bagaimana partisipasi pemuda dalam memerangi perubahan iklim global. Terutama, upaya penurunan emisi akibat deforestasi dan degradasi hutan.
Hal ini berdasarkan pengalaman saya selama satu tahun mendinamisir Kelompok Kerja Pemantauan REDD di Sulawesi Tengah.
Dalam pidato saya selama 10 menit itu, saya menyampaikan tentang kebijakan nasional dan daerah di Indonesia dalam penurunan emisi di sektor kehutanan. Termasuk, tentang inkonsistensi kebijakan yang mempengaruhi upaya-upaya penurunan emisi. Apalagi, Indonesia sedang dikepung oleh berbagai investasi yang merusak lingkungan. Seperti perkebunan sawit, pertambangan serta Hutan Tanaman Industri untuk bubuk kertas.
Karena itu, saya menyarankan kepada forum pemuda agar masing-masing melakukan upaya advokasi terhadap rezim perubahan iklim, maupun rezim REDD+ yang sedang berkecambah dewasa ini. Selesai turun dari podium, hampir seluruh delegasi pemuda berdiri memberikan sambutan yang
meriah terhadap apa yang telah saya sampaikan. Senang rasanya ketika pesan yang ingin disampaikan akhirnya dimengerti dan dipahami oleh orang lain.
Pada hari terakhir, sebelum saya meninggalkan kompleks UN-Headquarters Nairobi, saya menyempatkan diri mencari letak bendera kebangsaan Indonesia. Akhirnya, setelah sekitar 15 menit berkeliling di kompleks yang sangat luas itu, saya pun menemukan Sang Merah Putih berkibar di sebelah selatan gedung utama. Denga rasa haru, saya mendekati bendera kebangsaan. Sejenak saya tertegun bediri di bawah tiang bedera yang menopang Merah Putih berkibar di angkasa Nairobi. Saya pun meminta bantuan salah seorang yang melintas di sekitar daerah itu untuk mengabadikan foto monumental tersebut. “Hidup Pemuda Indonesia, Hidup Indonesia Raya”. Azmi Sirajuddin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimah kasih atas komentarnya